10 April, 2009

CINTA SEJATI

JAKARTA - hai hai hai,para teman garazi salam hangat bagi lw smua,ini tips pertama dari w si DOKTER CURHAT.aduh hampir lupa w,lw smua belum tau ya w siapa.
Kita kenalan dulu deh
w si dokter curhat yang tugas nya memberi tips - tips cinta bagi lw smua yg sedang menghadapi masalah cinta tapi w cuma ada di garazitembokblogspot.com gak di tempat lain nget ya.......
ok deh saat nya w kasih tips buat lw,lw,,lw,,,pada ini dia tips pertama w.
Menemukan cinta sejati tidak
semudah membalik telapak tangan, perlu pemikiran dan kondisi yang ideal untuk
menentukan bahwa seseorang adalah cinta sejati Anda. Namun ada tips yang dapat
membantu menemukan cinta sejati. Ini dia!
1. Jangan mencarinya. Cinta tidak
datang pada seseorang yang mencarinya. Jika memang Anda baru saja mengakhiri
suatu hubungan, fokuslah pada kehidupan diri pribadi terlebih dahulu. Tidak
perlu terburu-buru mencari cinta yang baru, dan nikmati kesendirian Anda.
2. Beri waktu untuk diri sendiri.
Temukan aura positif Anda. Jika perasaan puas terhadap diri muncul, maka secara
otomatis aura positif itu akan terpancar. Dan orang di sekitar pun akan
melihatnya. Itulah daya tarik baru diri Anda.
3. Jika sudah siap untuk membuka
lembaran baru bagi hubungan, maka mulailah memilih karakter pasangan seperti
apa yang diidamkan. Tak hanya dari segi fisik namun juga mental dan
kepribadian.4. Bergaul dan hang out. Hal itu
akan membuka kesempatan bagi Anda untuk bertemu orang baru. Siapa tahu salah
satu di antara mereka adalah cinta sejati Anda.
5. Berani ambil risiko. Jika
suatu hari Anda bertemu dengan seseorang yang sesuai dengan kriteria cinta
sejati, jangan ragu untuk mengambil langkah. Mulailah perkenalan dan menjalin
hubungan. Karena kesempatan tak datang dua kali.
6. Yang paling penting, cintai
diri Anda terlebih dahulu. Hiduplah dengan bahagia dan jangan pernah melepaskan
harapan. Yakinlah, setiap orang diciptakan berpasangan. Masalahnya hanyalah
mendapatkan orang yang tepat, di waktu yang tepat.
itu lah tips cinta dokter curhat kali ini nanti dokter curhat bakal kasih tips cinta buat lw smua truz....yang mw pada curhat sama dokter curhat lw datang klik aja garazitembok.blogspot.com lalu masuk ke inspirasi ya...truz lw coment ja ke w tentang masalah cinta lw tar w sempetin buat nalas curhat lw ok..dah dokter dah ngantuk ni mw bobo dulu ah...

07 April, 2009

HANTAMAN HATI - Cerpen

Hari ini
Dua mata itu bertatapan. Tak ada sedikitpun kesejukan diantaranya.
AC di dalam restoran tak lagi terasa. Bahkan terik matahari seakan menyatu dengan hawa panas mereka.
Valda mulai bicara.
Syifa diam.

-10 hari yang lalu-
"Val, kamu lagi dimana sich?"
"Aku lagi di jalan, kamu tunggu aja, sebentar lagi aku sampai kok."
"Yaudah aku tunggu di depan rumah ya?"
"Oke babe."
Sambungan terputus.
Kupacu mobilku dengan cepat menuju rumahmu. Selang beberapa menit akupun sampai dirumahmu dan aku melihatmu berpenampilan seperti biasanya, rambut panjang sebahu dengan cat rambut berwarna merah dan juga kamu mengenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca panas pada siang itu. Dan aku dengan perawakan yang bisa dibilang lumayan hanya mengenakan kaos oblong putih dan celana jeans.
Begitu melihatku keluar dari mobil, kamu langsung menghampiriku, "Kok lama banget sich?"
"Tadi di jalan macet banget, ada yang kecelakaan."
"Kecelakaan?"
Aku menganggukkan kepala. "Tadi aku sempet liat mobilnya sampai penyok."
"Trus orang yang didalamnya gimana?"
"Engga tau. Meninggal kali. Darahnya sampai berceceran di jalan gitu."
"Iih.... Udah ah engga usah diomongin lagi, aku jadi mual ngebayanginnya. Kita jalan aja yuk, nanti filmnya keburu dimulai. Kamu udah beli tiketnya kan?"
Aku menepuk keningku layaknya kakek-kakek yang lupa dimana tongkatnya diletakkan. "Aku lupa"
"Tuh kan, kamu kebiasaan. Mending sekarang kita jalan aja yuk," Kamu menarik tanganku menuju mobilku. "Siapa tahu tiketnya masih ada terus filmnya belum dimulai"
Kita langsung naik mobil dan menuju ke tempat biasa kita nonton. Depok Town Square.
Begitu kita sampai, dari tempat parkir aku langsung berlari menuju keatas untuk membeli tiket. aku melihatmu tetap berjalan santai dibelakangku.
"Tiketnya masih ada Val?" Tanya kamu begitu sampai diatas. Dan dengan santainya duduk disampaingku yang sedang kecapean karena berlarian tadi.
"Masih," Jawabku. "Untung tadi aku lari, kalau engga aku udah keduluan sama mereka kali," Aku melemparkan pandangan ke arah sepasang kekasih yang sepertinya kecewa karena kehabisan tiket. "Soalnya tiketnya tinggal ini." Kutunjukkan tiket itu kepadamu.
"Makasih ya udah sampai segitunya beli berjuang beli tiket buat aku." Kamu mengelu-elus kepalaku.
Akupun tersenyum tersipu. "Sekarang kita masuk aja yuk, kamu engga mau ketinggalan filmnya kan?"
"Yuk deh."
"Tapi aku mau ke toilet dulu ya? Udah kebelet nich."
Kamu mengangguk. "Jangan lama-lama ya?"
"Oke!"

Hari ini
"Memanfaatkan aku karena aku pelupa? Kamu memang hebat," Valda tersenyum sinis. "Tapi sayang, jalan menuju toilet telah membuka kecurigaanku."
Syifa tetap diam.

-5 hari yang lalu-
"Malam ini cerah ya Val?" Kamu bertanya padaku sambil melihat ke langit.
Terlihat ribuan bintang berpendar disana.
"Iya." Jawabku. "Untung aku kerumahmu, kalau engga mungkin aku engga bakalan ngeliat bintang-bintang itu."
"Lho, kok gitu?"
"Soalnya kalau dirumah aku paling males duduk dihalaman kayak gini, nanti aku dikira engga ada kerjaan lagi."
"Engga gitu dong Val." Sanggahmu. "Kita kan duduk-duduk dihalaman cuma buat ngilangin stress aja."
"Stress? kayaknya aku jarang stress deh. Malah aku bisa stress kalau aku engga kerja seharian."
"Kamu enak ngomong kayak gitu. Nanti kalau kamu sakit kayak waktu itu, gara-gara kerja terus engga ada istirahatnya, kan aku juga yang repot."
"Iya... ya... Tapi aku tetap engga stress kok waktu itu."
"Kamu emang engga stress, tapi aku yang stress."
Aku nyengir sambil garuk-garuk kepala. "Iya juga ya."
"Val, ngomong-ngomong menurut kamu kemarin filmnya gimana? Bagus engga?"
Belum sempat aku menjawab, telepon rumahmu berbunyi.
"Sebentar ya Val, aku mau angkat telepon dulu."
Aku mengangguk.
Kamu segera menuju kedalam dan aku melihatmu berbicara sebentar kemudian kembali
menghampiriku.
"Siapa?"
"Ibuku."
"Ooo, kalau begitu aku pulang aja ya? Kamu pasti pengen ngobrol banyak kan sama ibumu?"
"Iya, tapi kamunya gimana?"
"Ibumu kan jauh di luar kota sedangkan aku dekat sini jadi bisa kapan aja ngobrol sama kamu, lagipula aku juga ada kerjaan yang harus kuselesaikan dirumah."
"Mmm... " Kamu menimbang-nimbang. "Yaudah deh. Makasih ya Val. Hati-hati di jalan."
Aku langsung menuju rumah.

Hari ini
"Aktris yang hebat." Valda berdecak. "Bersandiwara di telepon dan memakai nama ibumu untuk mengelabuiku." Senyum sinis kembali diberikan kepada Syifa. "Sungguh hebat."
Syifa semakin diam.

-1 hari yang lalu-
"Val kamu lagi dimana?" Kamu bertanya lewat telepon diseberang sana.
"Aku lagi dirumah." Jawabku.
"Aku kerumah kamu ya?"
"Ada perlu apa? Tumben kamu mau kesini."
"Aku mau pinjem mobil kamu. Ada keperluan mendadak."
"Ooo, pantes."
"Boleh kan?"
"Boleh."
"Aku langsung kesana yach?"
"Iya."
Kamu menggunakan mobil sampai malam.

Hari ini
"Memukau sekali." Valda bersandar di bangku sambil bersedekap dan menggelengkan kepala. "Bisa memanfaatkan segalanya dariku hanya untuk berselingkuh."
Syifa tetap terdiam, namun kali ini ia tertunduk.
"Untung saja 10 hari yang lalu aku bertemu dengan dua orang bodoh yang sedang berbincang di toilet. Kudengar salah satu dari mereka melihat bosnya sedang berciuman di tempat parkir dengan wanita berambut sedikit berwarna merah dan aku langsung mengetahui kalau itu kau dan itu juga yang membuka rasa curigaku."
"Ta... tapi.. " Syifa mulai mencoba untuk bicara. "Kalau kamu mengetahuinya kenapa kamu tidak langsung memarahiku saja?"
"Pertanyaan bagus." Valda mengangkat sandarannya dari bangku. "Aku tidak memarahimu karena aku belum memiliki bukti-bukti yang kuat sehingga aku lebih memilih diam saat itu."
"Seandainya saat itu kamu memarahiku mungkin aku akan lebih berpikir dan tidak akan melakukan semua itu."
"Kurasa tidak." Valda kembali bersandar. "Aku sangat mengetahui sifatmu itu. Walaupun aku memarahimu kamu pasti tetap akan melakukan berbagai cara untuk berselingkuh dengannya. Seperti 5 hari yang lalu, pada malam itu kamu mengelabuiku lewat akting telepon yang kau lakukan untuk mengusirku secara halus. Untungnya aku menaruh penyadap di telepon rumahmu dan aku mengetahui semua yang kau bicarakan dengan kekasih gelapmu itu."
"Tapi, kenapa kali ini kamu tetap tidak memarahiku juga?"
"Aku sudah sakit hati dan aku tidak ingin sakit hati ini aku ungkapkan hanya dengan memarahimu. Tak ada gunanya bagiku. Dan aku menggunakan kesempatan ini dengan terus menyelidikimu sampai kamu melakukan hal gila," Valda berhenti sejenak, menatap mata syifa penuh kebencian, lalu meneruskan. "Dan ternyata benar saja. Kau meminjam mobilku yang sebenarnya sudah kupasang kamera tersembunyi didalamnya dan kamu bermesraan dengan kekasih gelapmu itu sambil berpesta ganja. HAHAHA Benar-benar hebat"
"Apa?" Syifa menatap Valda penuh pertanyaan. "Kamu bilang aku berpesta ganja?"
"Yap benar sekali dan polisi diluar sana sudah menunggumu." Valda berdiri dan bergaya seperti seorang pangeran yang ingin melepaskan putri bukan dengan kenangan indah tapi dengan kenangan pahit. "Silakan tuan putri...."
"Ta-tapi... Aku tidak menggunakan ganja."
"Ya... ya... ya... Itu urusanmu, selesaikanlah dikantor polisi."
Syifa benar-benar terpukul menghadapi ini dan ingin memberontak. Namun ia sadar ia takkan bisa. Karena dua orang polisi sudah menghampiri untuk membawanya ke tempat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Sedangkan Valda hanya duduk terdiam menatap Syifa. Ia tidak tahu apakah ia. Kesal. Puas. Kehilangan. Senang. Sedih. Marah. Yang ia tahu untuk saat ini ia hanya butuh ketenangan. Menetralkan hati yang teracuni. Sambil bergumam dalam hati.

Wahai cinta apa maumu?
Saat aku tenggelam
Kau memberiku pelampung
Ketika aku mengapung
Kau mengajakku untuk naik kedaratan
Ketika aku kedaratan
Kau malah menghantamku dengan kerikil tajam

Wahai penghibur hati
Mengapa kamu ada disaat bulan memakan matahari
Dan menghilang disaat bulan memuntahkannya
Menghiburku ketika kuterhibur
Membosankanku ketika aku Bosan

Tak inginkah kau memberikan celah kebenaran kepadaku?
Tak inginkah kau menunjukkan kenyataan kepadaku?
Tak inginkah kau mengajariku?

Atau mungkin aku yang tak ingin diajarkan
dari kenyataan dan nilai kebenaran ?

by : Idham Mudhari

Advertisement

Free Website Hosting

Advertisement